Rabu, 09 Mei 2012

Lomba Menulis Kisah Inspirasi & Lomba Foto AKU DAN SEPATUKU

oleh Penerbit Nourabooks pada 2 Mei 2012 pukul 18:51 ·
AKU DAN SEPATUKU
(Lomba Menulis Kisah Inspirasi & Lomba Foto)


Desember 1964. Musim kemarau, yang paling menyiksa bagiku. Bukan panas itu yang menyiksaku, bukan. Tapi, mimpi sepasang sepatu yang terus berkelebat di kepala di sepanjang jalan. Andai kata aku punya sepatu,  telapak kakiku tidak akan melepuh atau membengkak.
(Kisah Dahlan Iskan dalam novel Sepatu Dahlan)

 ***

Sepatu, mungkin terasa biasa bagi sebagian orang, tapi luar biasa bagi sebagian yang lain. Dahlan Iskan, contohnya. Menteri BUMN ini sepanjang sekolah dasar, menengah pertama, hingga menengah atas, bersekolah tanpa sepatu. Baru di kelas 3 Aliyah (SMA), Pak Dahlan memiliki sepatu. Namun, sepatu itu pun jarang ia pakai, seringkali hanya ditenteng. Biar awet….

Punya kisah seru, unik, dan luar biasa tentang sepatu dan masa-masa sekolah Anda? Tuliskan! Boleh kisah mengharukan, lucu dan kocak, apa pun.

Atau, punya foto menarik dengan sepatu? Jangan dibuang :D. Kirim!

Noura Books mengadakan 2 (dua) lomba: LOMBA MENULIS KISAH INSPIRASI dan LOMBA FOTO "AKU DAN SEPATUKU"


Persyaratan Lomba Menulis:
  1. Siapa saja boleh ikutan.
  2. Gaya tulisan bebas, tapi harus berdasarkan kisah nyata (boleh kisah Anda sendiri, kisah orangtua, sahabat, dll).
  3. Setiap orang hanya boleh mengirimkan satu (1) tulisan saja.
  4. Panjang tulisan secukupnya saja (baca: nggak perlu panjang-panjang :D). 2000-5000 karakter saja.
  5. Tulisan dikirim ke email: promosi@noura.mizan.com dengan subjek: Kisah Inspirasi Sepatu Dahlan. Sertakan biodata singkat kamu. (Tulisan akan di-upload ke Fan Page Facebook Noura Books oleh panitia)
  6. Upload juga tulisan ke blog kamu, dan kirim juga linknya kepada panitia.
  7. Tulisan ditunggu paling 20 Mei 2012 pukul 24:00 WIB.

Hadiah:
3 (tiga) tulisan terbaik (pilihan Noura Books) akan mendapatkan:
-          Uang tunai senilai @ Rp500.000,-
-          Paket buku Noura Books senilai Rp500.000,- (termasuk novel Sepatu Dahlan)
-          Berkesempatan meet & greet dengan Dahlan Iskan saat peluncuran novel Sepatu Dahlan di Jakarta. (Bila peserta yang menang tinggal di daerah Jabotabek dan sekitarnya).

Catatan:
-          Setiap tulisan yang masuk dapat Noura Books gunakan untuk materi promosi novel Sepatu Dahlan
-          Tidak ada surat menyurat dalam proses penjurian/penulaian. Keputusan dewan juri/panitia adalah mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.


Persyaratan Lomba Foto
  1. Buatlah foto diri kamu bersama sepatu sekolah kesayanganmu, seunik, seseru, dan seheboh mungkin. Foto harus memperlihatkan dirimu dan sepatumu.  
  2. Usia peserta maksimal 18 tahun
  3. Setiap orang hanya boleh mengirimkan satu (1) foto saja.
  4. Kirim fotomu ke email: promosi@noura.mizan.com paling lambat 19 Mei 2012 pukul 24:00 WIB dengan subjek: Foto Sepatu Dahlan
  5. Fotomu akan di-upload ke Fan Page Facebook Noura Books pada 20 Mei 2012.
  6. Ajak teman untuk like fotomu yang sudah di-upload Fan Page Noura Books. Batas waktu untuk like foto adalah tanggal 25 Mei 2012 jam 24.00 WIB

Hadiah:
# 3 (tiga) foto terbaik (pilihan Noura Books) akan mendapatkan:
-          Uang tunai senilai @ Rp500.000,-
-          Paket buku Noura Books senilai Rp500.000,-
-          Berkesempatan meet & greet dengan Dahlan Iskan saat peluncuran novel Sepatu Dahlan di Jakarta. (Bila peserta yang menang tinggal di daerah Jabotabek dan sekitarnya).
# 10 (sepuluh) foto dengan like terbanyak akan mendapat hadiah novel Sepatu Dahlan dan berkesempatan diundang ke acara peluncuran buku Sepatu Dahlan pada tanggal 27 Mei 2012 di Jakarta (jika kamu tinggal di area Jabodetabek).

Catatan:
-          Setiap foto yang masuk dapat Noura Books gunakan untuk materi promosi novel Sepatu Dahlan
-          Tidak ada surat menyurat dalam proses penjurian/penulaian. Keputusan dewan juri/panitia adalah mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.


Sepatu Tukang Sayur


Sepatu Tukang Sayur
Sudah menjadi rutinitasku untuk bangun jam empat pagi. Sebagai anak, aku selalu mengantarkan ibu ke pasar, menyusun sayur, ikan dan yang lainnya  ke dalam karung goni yang telah kusiapkan, kemudian setelah selesai, kembali pulang ke rumah dan menyusun kembali sayur mayur tersebut untuk dijual disekitar kontrakan kami. Setelah itu baru berangkat ke sekolah. Itulah kegiatanku ketika aku masih sekolah. Bukan ingin disebut anak berbakti, namun kalau bukan aku yang membantu ibu berbelanja, lalu siapa lagi?. Karena  penghasilan ayah yang tidak mencukupi untuk keluarga, maka ibuku membantu menjadi seorang tukang sayur untuk membantu perekonomian keluarga.
“ Kita memang miskin nak, namun jangan pernah kita  meminta-minta kepada orang lain, usahakan dengan keringat kita sendiri, maka kita akan lebih tahu untuk bersyukur,” Perkataan ibulah yang memacuku untuk belajar giat di sekolah dan berusaha tidak membebani orang tuaku, termasuk keinginan untuk mempunyai sepatu baru pada saat itu. Sepatuku yang kupakai sudah mengalami jahitan tukang sol beberapa kali, namun nampaknya tidak bisa lagi untuk diperpanjang usianya, selain sudah tiga tahun usianya, juga karena selalu dipakai untuk berjalan kaki. Kadang aku berusaha menyempilan ujung jempol kaki, agar tidak terlalu menyolok di pinggiran sepatu. Apalagi  alasnya yang sudah tipis, sehingga jika berjalan kaki ini acapkali terasa sakit jika mengenai batu atau aspal yang panas terkena matahari. Belum lagi jika di sekolah, terlebih pelajaran olahraga , aku harus menahan perasaan menghadapi tatapan teman-temanku melihat rupa sepatu yang menunjukkan “kegagahannya”, walau mereka tidak pernah berkomentar tentang  sepatuku tersebut, namun jujur ada perasaan malu pada saat  itu.  Sebenarnya aku ingin meminta sepatu baru kepada ibuku, namun melihat kondisi pada saat itu, rasanya tidak tega mengatakan kepadanya. Maka dengan menebalkan muka, aku putuskan untuk memakai sepatu tersebut, dengan mengakali berangkat dan pulang dari sekolah aku memakai sandal untuk mengurangi sakit di kaki.
Sampai suatu malam, aku mendengar suara kencringan uang receh. Pikirku mungkin ibu sedang menghitung  penghasilan dari berjualan sayur mayur dalam satu hari. Kemudian ibu memanggilku dan mengatakan bahwa besok aku tidak usah mengantarnya ke pasar, karena ibu dipanggil oleh tetangga untuk membantu memasak karena ada hajatan, aku hanya mengganguk dan masuk ke kamar karena memang sudah mengantuk, sementara aku mendengar ibu dan bapaku masih bercakap-cakap yang tidak kutahu lagi sampai jam berapa karena aku sudah terlelap.
Seperti biasa aku melakukan segala aktifitasku, sekolah sampai sore karena di tambah dengan kegiatan ekskul pramuka yang sedikit menguras energiku. Sampai di rumah, aku melakukan kewajibanku sehari-hari seperti mengisi air, mengepel dan pekerjaan lainnya. Setelah belajar untuk persiapan besok, aku tidak lupa menaruh sepatu di atas kasa pintu, menjaga agar tidak digigit tikus, yang memang sering berkeliaran di tempat kami. Pukul empat pagi,  aku mempersiapkan diri untuk mengantar ibu ke pasar. Aku menyadari ibu sering memandangku dengan senyum yang khas. ”Ada apa sih bu?, ada yang aneh dengan aku ya?,” Ibu hanya menggeleng dan kemudian kembali tersenyum.
Ketika selesai  dengan tugas membantu ibu ke pasar. Aku mempersiapkan diri ke sekolah, namun walau sudah mencari ke segala sudut rumah, tetap saja sepatu itu tidak ketemu, ketika kutanyakan   kepada ibu, beliau menunjuk kepada sebuah bungkusan yang sangat rapi di pojok warung kami. Ketika aku membuka bungkusan tersebut, aku tercengang dengan sepasang sepatu kets hitam yang masih bagus dengan centangan putih yang menunjuk merek sepatu itu.
“Fer, walau bukan sepatu baru, namun ibu yakin kualitasnya masih sangat bagus. Anggap saja sepatu itu adalah hasil dari kerja kerasmu membantu ibu.”
“Tapi bu, darimana uang untuk membeli sepatu ini?,” aku baru menyadari ternyata belanja ibu sangat sedikit hari itu, tidak ada daging ayam, ikan yang biasanya di cari oleh langganan ibu. Ah, ternyata beliau mengurangi jatah belanjanya agar bisa membeli sepatu tersebut
“Terimakasih bu,” dengan haru aku mencium tangan ibuku. Ibu hanya tersenyum dan mengelus kepalaku.
Aku tidak melupakan hari itu, dimana aku berjalan dengan sepatu yang begitu bagus, begitu pas di kaki dan terutama  tidak lagi merasakan sakit ketika berjalan. Walau bukan sepatu baru, namun aku tahu betapa besar nilainya, karena di beli dari hasil berjualan sayur mayur ibuku, dan aku sangat bangga akan hal itu.
Sekarang aku sudah bekerja dan mempunyai keluarga sendiri, namun nilai sepatu dari hasil ibu berjualan sayur mayur selalu kuajarkan kepada dua anakku, untuk selalu mau berusaha keras dan menunjukkan yang terbaik. Terima kasih bu untuk sepatu itu.
( Fery aman, Lippo Cikarang 10 Mei 2012 )

Minggu, 01 April 2012

Jou jou do au



 Jou jou do au
Tu Tuhanki na sai tongtong manatap au
Na mangalusi angka alualuhu
Na mangalehon angka na ringkot dingolunghu
Siganup ari
Nang pe mamolus hasusahan
Sai urupan Na do tongtong manaon i
Pos do rohangku tongtong tu Tuhan Debatanghi
Ibana do tongtong haporusanhu
Oh Tuhan
Tangihon ma soaranghu
Oh Tuhan
Unang tundalhon au na jou jou on
Bereng ma
Pardalananhu saleleng ngolunghu
Ajari au marhite tondi Mi
Asa sai tongtong mardalan au
Di lomo ni rohamu
Jou jou do au
Tu Tuhanki nasai tongtong manatap au
Na mangulusi angka alualuhu
Na mangalehon angka na ringkot dingolunghu
Siganup ari
Nang pe mamolus hasusahan
Sau urupan Na do tongtong manaon i
Pos do rohanghu tongtong tu Tuhan Debatanghi
Ibana do tongtong haporusanhu
Oh Tuhan
Tung Ho do haporusanhu
Oh Tuhan
Paingot au na sai tongtong di dosanghi
Sesa ma
Sude na dosanghi asi roha Mu
Ajari au marhite tondi Mi
Asa sai tongtong mardalan ahu
Di lomo ni roha Mu

Rabu, 28 Maret 2012

kado untuk boruku


Hari ini adalah hari yang bersejarah
Dimana engkau setahun yang lalu dilahirkan
Di sebuah rumah sakit  tepi kalimalang yang airnya keruh
Aku ingat, Engkau sangat istimewa karena
Engkau lahir bukan dari lubang kehidupan ibumu
Namun dengan membuka daging  perut sang bunda,

Tidak terasa
Sudah setahun kau telah bersama dengan kami..
Yang dipercayakan Tuhan untuk menjadi orangtuamu
Papa dan Mama yang penuh dengan keterbatasan
Sering kami bertengkar, apalagi jka papa tidak bisa membawa uang
Untuk membeli susu dan makananmu, yang  lebih mahal
Dari segram emas

Tidak terasa
Engkau sudah bertumbuh besar
Dengan keenam gigimu yang besar dan putih
Terkadang engkau menggigitku, entah karena gigimu yang gatal
Atau mungkin karena engkau nakal ?
Aku hanya  tertawa melihat usahamu  untuk bisa menggigit tangan atau perutku
 atau kadang meringis  menahan sakitnya gigitanmu, yang terkadang menimbulkan bekas  dikulitku

Banyak hal takjub yang engkau lakukan
Mulai engkau tersenyum, tertawa, bermain bahkan melakukan hal
Yang  menurut pikiranku belum pernah  aku ajarkan
Semua keletihan dan kepenatan  seakan hilang
Tersapu dengan tawamu  yang indah
Tahukah boruku, yang membuat papa  terharu adalah sambutanmu ketika aku pulang dari kerja ?
Kau akan lekas meninggalkan segala kegiatanmu dan mengulurkan tanganmu yang kecil itu
Untuk bisa kuraih dan kupeluk dalam  gendonganku
Kepalamu yang kecil itu akan kau rebahkan dalam bahuku, dan kemudian diam  sesaat,
Diam….dan lalu tangan mungilmu menunjuk keluar
Yang kutahu itu adalah tanda kau ingin diajak jalan-jalan


Sekarang kau tertidur lelap, setelah sepanjang hari diurus oleh pengasuhmu
Hanya sore hari selepas kami bekerja, maka kita kita bisa berkumpul kembali
Dan bermain sampai kau lelap tertidur, dengan sebotol susu yang tinggal sedikit dalam gengaman Jari-jari mungilmu
Selamat ulang tahun boruku…
Selamat panjang umur….
Ciuman dari aku dan mamamu menjadi hadiah untuk hari yang istimewa ini
Bertumbuhlah nak, berkembanglah menjadi anak yang  bersinar
Kami orangtuamu akan menjaga dan merawatmu
Dan jikalau dalam mimpimu Tuhan datang untuk ucapkan selamat
Katakan kepadaNya, untuk memberikan kekuatan kepada kami orang tuamu
Agar  bisa terus merawatmu…
Katakan kepadaNya,” Tuhan, mana dong kadonya ?”
Aku yakin Tuhan pun akan tersenyum kepadamu

Sebuah doa untukMu Bapa



( Seorang pria yang berjalan kaki menyusur sepanjang jalan lippo cikarang, menuju  ketempat pangkalan bis untuk mengantarnya pulang. Sudah lama ia menunggu di dalam bis yang sumpek itu, namun belum juga berangkat karena penumpang yang belum juga penuh. Kemudian ia  mengisi waktu penungguan itu dengan berdoa  )

Tuhan…
Entah berapa kali aku menyebut namaMu, aku lupa, bahkan terkadang pikun menghitungnya
Namun yang aku tahu, namaMu akan menjadi laris dalam kecapan lidah ini, takkala aku dalam keadaan terdesak dan sudah tersudut
Entah berapa kali Engkau  menjawab doaku, dan aku tahu Engkau menjawabnya
Kesehatan
Ketenangan
Kedamaian  dan bahkan kekuatan

Namun aku mengingkari akan semua jawabanMu, KesetiaanMu bahkan janjiMu…
jikalau keinginanku akan materi tidak terpenuhi
jikalau dendamku kepada musuhku tidak terbalaskan
jikalau orang fasik ( menurut akalku ) tidak Kau gulung seperti deburan ombak di pantai

                Pantas saja orang yang Kau utus melarikan diri dariMu
                Jikalau saja seorang nabi tidak mengerti engkau, apalagi aku!!!!
                Bahkan muridMu saja  menyangkal Engkau
                Yang jelas-jelas sudah menyaksikan mujizat  berkali-kali dari Engkau Tuhan
Apalagi aku, seorang  manusia yang tidak mempunyai identitas di negri ini, Ya Tuhan 

Pantas saja jikalau umat pilihanMu memberontak kepadaMU
Padahal  sudah jelas dikatakan bangsa itu adalah bangsa yang terpilih, dari semua bangsa yang ada di dunia ini..
KekudusanMu seakan dibenturkan dengan kelakuan umatMu yang Kau banggakan itu
Bahkan aku tidak habis mengerti, mengapa untuk masuk ke dalam tanah perjanjian diperlukan waktu hamper 40 tahun, yang padahal jikalau Kau mau, bisa dilalui hanya beberapa  tahun saja.

Jikalau umat pilihan itu memberontak karena ketidak sabaran untuk melihat janjiMu, apalagi aku Bapa !!
Aku yang berusaha mengikuti kemauanMu dengan berusaha untuk hidup yang baik, namun apa yang kudapat ???  
Lapar ( dan itu sering kali terjadi )…..
Cemooh dari  orang lain ketika aku hendak kerumahMu…
Namun ini yang membuat aku ragu kepadaMu TUhan, mengapa justru orang fasik yang tidak mengenal jalan yang lurus itu, justru mereka hidup secara berlebihan ??
Jawab Tuhan!!!
Jangan hanya Kau berdiam saja  akan  aduan dan protesku ini

            Dimana Engkau, ketika puluhan ribu manusia menderita kelaparan ???
Dimana Engkau, ketika peluru mencabut nyawa saudaraku hanya karena mempertanyakan sepetak tanahnya yang telah diambil penguasa negri ini 
Baiklah jika itu terlalu berlebihan, aku mau bertanya,  
Sore ini aku akan pulang ke kontrakanku, namun aku tidak membawa uang  untuk anak dan istriku
Setelah seharian aku bergumul dengan debu dan terik matahari,hasil yang kudapat tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan  keluargaku. Dimanakah Engkau, dimanakah  keadilanMu Tuhan ?

( Tanpa dirasakan lelaki itu, malam telah datang, ia tengah mengusir nyamuk yang hinggap di kulit putrinya dengan sapu lidi yang kecil dan lusuh )

Inilah doaku Tuhan….
Ditengah deru dan kebisingan yang sudah akrab di telingaku
Maafkanlah jikalau doaku tidak seperti yang Kau telah ajarkan kepada murid-muridMu
Yang hanya penuh dengan pertanyaan dan protes kepadaMu
Kemarahan….
Kesedihan…..
Kebingungan


            Jawablah Bapa….
Jangan  biarkan aku bergelut dengan pikiran jahanam ini. Yang bukannya memeberikan suatu jalan keluar, namun malah menjadi suatu lingkaran setan.
Berikan sedikit  saja petunjukMu, sedikit saja Tuhan…walau hanya setitik dari debu, namun  itu bisa jadi pelumas dalam hatiku yang kering ini Bapa.
Jawab Tuhan…..jawablah segala pertanyaanku ini
Berikan petunjuk Mu Bapa, arah mana yang harus aku lewati

( Dan aku tidak menyadari ….)

Selesai aku berdoa
Anakku menggeliat dalam tidurnya
Setelah lelah ia bermain di kontrakan sempit kami yang menjadi wadahnya, bahkan di dalam tidurnya ,boneka kain yang bernama gonggom yang sudah pudar warnanya setia menemani tidurnya
Pulas tidurnya, di tengah kekalahan kipas angin gaek untuk mengusir hawa udara yang tetap panas walau di malam hari

Ya aku merasa Tuhan hadir menjawab doaku
Kau datang Tuhan bukan dalam bentuk badai
Atau petir atau apalah yang berbau dasyat
Kau datang dan menjawab doaku
justru lewat senyum anakku dalam  tidurnya  !!!
Senyum diantara panasnya udara malam
Senyum diantara kepakan nyamuk yang mencoba menghisap darah
Senyumnya yang menyadarkan aku akan  segala protesku…..

(Pria itu melipat tangannya, berdoa dengan mata terbuka dan memandang ke langit )
Terimakasih Tuhan….. terima kasih….